Senin, 13 Maret 2017

GURU SURABAYA NEKAT

Guru-guru di Surabaya nekat banget. Demi tampil dan sekaligus ikut melestarikan budaya lokal, urunan sendiri. Pakaian, Asesoris, dan bloking pemain digarap dan dibiayai secara patungan. Setiap kali tampil tidak kurang dana 5 juta harus disiapkan bareng-bareng. Tidak menunggu uluran tangan dari siapapun siap dengan Ludruk berlabel Guru Surabaya. Tentu saja harus menggandeng seniman-seniwati Surabaya, terutama Pengrawit-Waranggono. Soal tempat di THR tidak menjadi masalah. Sejak puluhan tahun di tempat ini telah disediakan 4 Gedung Kesenian untuk Ludruk-Kethoprak-Wayang Orang-Sri Mulat. Keberadaaan Gedung yang pernah jaya di era 70 an telah tenggelam seirama dengan semaraknya budaya modern yang lebih mempesona. Apalagi Gedung ini di belakang THR Mall. Sudah berkali-kali dihidupkan tapi sepi peminat. Guru-guru dengan pentholan Ludruk Adi Ngadiman dan Kethoprak Hadi Blankon telah menggerakkan minat guru untuk berbakti kepada budaya lokal. Kethoprak Guru pernah tampil bareng dengan punggawa Dispendik-Pengurus PGRI-Anggota DPRD Surabaya/Jatim bahkan juga mendapat suport dana dan dukungan dari semua pihak pada Mei 2016. Setelah itu tenggelam karena Idealisme. Ludruk yang merupakan ciri khas Surabaya tidak begitu ribet dalam busana dan tutur kata. Tahun 2017 adalah peampilan Guru untuk kesekian kalinya. Kendala Utama di Gedung THR adal Suara/Sound System yang memang dirancang tidak kedap suara. Beda dengan di Gedung Balai Pemuda yang sudah dibuat secara modern, seperti pertunjukan Teater Bertarap Nasional bahkan Internasional.  Kendala berikutnya adalah Tontonan yang digratiskan ini minim penonton, karena kurangnya Promosi, SELAMAT BERJUANG KAWAN. SEMOGA JASAMU sesuai PAHLAWAN TANPA TANDA JASA