AKU
...............................................
...............................................
Luka dan bisa kubawa berlari
Hingga hilang pedih perih
..............................................
..............................................
Itulah penggalan Sajak/Puisi karya Chairil Anwar. Nama tersebut ada di Jalan menuju Makam Kembang Kuning, dekat Jalan Diponegoro, yang memiliki patung Diponegoro. Keberadaan Patung Diponegoro dan Chairil Anwar tidak setenar Makam Kembang Kuning. Keberadaan makam Belanda ini bahkan terawat dan masih digunakan hingga saat ini terutama masyarakat yang beragama Nasrani dan Etnis Tionghoa. Jalan tembus ke Pakis Sidokumpul, selalau ramai dan padat. Sejauh ini sudah aman dibandingkan puluhan tahun silam. Keberadaan Makam Belanda yang di Peneleh sudah Pasif. Sedang di Kembang Kuning masih aktif. Yang menjadi pertanyaan, mengapa Jalan Chairil Anwar bisa ada di Wilayah ini dan sejak kapan ?
Perjalanan ke utara dari Jalan Diponegoro, lewat jembatan Layang terus Kedung Doro, berhenti sejenak di di depan Patung dr. Sutomo. Lanjut ke Kampung Lawas Maspati V dan VI. Mampir UPTD BPS SURABAYA V (Jl. Bubutan 145 - 147 Surabaya), dekat Tugu Pahlawan.
SUMBER BAHAN LAIN, SIMAK DI BAWAH INI
http://surabaya.panduanwisata.id/saran-wisata/menengok-sajak-aku-yang-populer-di-monumen-chairil-anwar/
Patung Chairil Anwar berada di sebuah taman kecil di depan Gereja Katolik Hati Kudus Yesus (yang didirikan pada 1905) dan di dekat Toko Oen (yang dibuka sejak 1930). Lokasinya sangat dekat dengan Alun-alun Kabupaten di Jalan Merdeka. Bila Anda melewati pertigaan Jalan Basuki Rahmad dan Jalan MGR Sugiono Pranoto pasti akan menemui patung tersebut.
Chairil Anwar atau yang dikenal sebagai Si Binatang Jalang sendiri merupakan penyair terkemuka Indonesia. Ia dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, pada 26 Juli 1922 dan meninggal di Jakarta pada 28 April 1949 pada umur 26 tahun. Ia bersama Asrul Sani dan Rivai Apin dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan 45 dan puisi modern Indonesia.
Keberadaan patung Chairil Anwar di kota Malang tidak terlepas dari kenangan dan perannya di kota apel ini pada tahun 1947. Saat itu, kota Malang ditunjuk sebagai tempat Sidang Pleno Kelima Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), cikal bakal lembaga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia. Sidang tersebut digelar pada tanggal 25 Februari hingga 6 Maret 1947 dan bertempat di bekas gedung Societiet Concordia zaman Belanda. Sekitar 4 bulan kemudian gedung tempat Sidang Pleno KNIP ini hancur saat terjadi Agresi Militer Belanda I. Di kisaran waktu itulah Chairil Anwar berada di Malang dan menggubah puisi berjudul ‘Sorga’ (bertanggal 25 Februari 1947), ‘Sajak Buat Basuki Resobowo’ (bertanggal 28 Februari 1947) dan ‘Dua Sajak buat Basuki Resobowo’ (bertanggal 28 Februari 1947).
Patung Chairil Anwar dibangun atas gagasan seorang pemuda bernama Achmad Hudan Dardiri. Ia adalah seorang intelektual dan mantan pejuang dari Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) yang menyukai puisi serta pengagum berat Chairil Anwar. Dengan diketuai oleh Achmad Dardiri, akhirnya patung torso ini dibuat oleh perupa Widagdo di atas pedestal yang bertuliskan sajak “Aku” yang terkenal itu. Monumen Chairil Anwar kemudian diresmikan oleh walikota Malang, M. Sardjono Wirjohardjono, pada 28 April 1955. Patung ini sengaja dibangun di tengah-tengah poros jalan utama waktu itu yaitu di Jalan Kayutangan sebab letaknya sangat strategis. Namun sejak tahun 1969, Jalan Kayutangan telah diubah menjadi Jalan Letjen Basuki Rachmad.
Menariknya, sampai saat ini patung penyair besar ini hanya ada dua saja di Indonesia. Yakni di Malang dan di Taman Monas Jakarta yang diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta R. Suprapto pada tanggal 21 Maret 1986. Di Taman Monas ini tersimpan bersama patung sejumlah tokoh pahlawan lainnya, seperti Moh. Yamin. Bedanya Monumen Chairil Anwar di Kota Malang ini merupakan satu-satunya di Indonesia yang dibangun di kawasan tengah kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar